Di meja makan hanya ada
tau, tempe, dan ikan asin. Kemudian ibu keluar dari pintu dapur sambil membawa
semangkuk sayur. Tiba-tiba Tejo muncul mengejutkan. Ibu menjerit dan Tejo malah
tertawa.
Ibu: Anak nakal, sebentar lagi bapakmu pulang, sayurnya kamu
tumpahkan. Bapakmu mau makan apa nanti?
Tejo: Wee, yang menumpahkan kan ibu, kok saya yang disalahkan?
Ibu: Kalau kamu tidak membuat ibu kaget, sayur ini tidak akan jatuh.
Tejo: Salah siapa ibu kaget. Tejo kan cuma mau menunjukkan hasil karya
Tejo ini. Bagus kan bu?
Ibu: Anak nakal, membantah orang tua terus. Ini ijuk dari mana?
Tejo melirik ke
sebuah sudut, sapu telah berantakan tinggal gagangnya.
Ibu: Ya ampun Tejo, sapu sampai rusak begitu.
Ibu makin marah
dan memukul pantat Tejo.
Tejo: Aduh, aduh, ibu jahat.
Ibu: Biar, jahat. Kalau tidak dipukul begini kau tidak kapok. Anak kok
bandelnya minta ampun. Hayo kapok tidak.
Tejo lalu
berusaha meloloskan diri dari ibu, lalu lari ke luar rumahnya. Ibu mengerjar
sampai pintu depan.
Ibu: Mau ke mana heh?
Kemudian ayah
tejo pulang dari kerja. Menemui ibu di ruang makan.
Ayah: Tejo mana bu?
Ibu: Tidak tahu. Tadi pergi tanpa pamit.
Ayah: Lho, kenapa, kamu memarahinya lagi?
Ibu: Dia sangat nakal, dia menumpahan semangkuk sayur.
Ayah: Ibu, ibu, sabar sedikit kenapa. Tejo itu memang seperti anak
lainya. Macam-macam saja. Tapi menurut ayah dia masih wajar.
Ibu: Iya, tapi tadi Tjo meledek ibu.
Ayah: Sudahlah, ayah lapar, ayo kita makan dulu. Habis makan tolong ibu
cari Tejo nanti akan ayah nasihati dia.
Disadur
dari: Bahasa Indonesia, Intensif.
Artikel selanjutnya: Bahasa Indonesia,
Humor
Tidak ada komentar:
Posting Komentar