1. Pengertian Akhlak Islami
Akhlak islami dapat diartikan sebagai akhlak yang
berdasarkan ajaran islam atau akhlak yang bersifat islami. Kata islam yang
berada di belakang kata akhlak dalam hal menempati sebagai sifat.
Dengan demikian akhlak islami adalah perbuatan yang
dilakukan dengan mudah, disengaja, mendarah daging, dan sebenarnya yang didasarkan pada islam. Dilihat dari
segi sifatnya yang universal, maka akhlak islami juga bersifat universal. Namun
dalam rangka menjabarkan akhak islami yang universal ini diperlukan bantuan
pemikiran akal manusia dan kesempatan sosial yang terkandung dalam ajaran etika
dan moral.
Dan sebaik-baik akhlak adalah akhlak RosulullohSAW. Di dalam jiwa Rosululloh
SAW merangkum banyak akhlak mulia,
seperti sifat malu, mulia, berani, menetapi janji, ringan tangan, cerdas,
ramah, sabar, memuliakan anak yatim, berperangai baik, jujur, pandai menjaga
diri, senang menyucikan diri, dan berjiwa bersih.
Ibnu Qayyim menyatakan bahwa Nabi Muhammad SAW memadukan
takwa kepada Alloh dan sifat-sifat luhur. Takwa kepada AllohSWT dapat
memperbaiki hubungan antara seorang hamba dan Tuhannya, sedangkan akhlak mulia
dapat memperbaiki hubungannya dengan sesama makhluk Alloh
SWT. Jadi, takwa kepada Alloh
SWT akan melahirkan cinta seseorang
kepada-Nya dan akhlak mulia dapat menarik cinta manusia kepadanya.
Akhlak dalam ajaran agama tidak dapat disamakan dengan
etika atau moral, walau etika dan moral itu diperlukan dalam rangka menjabarkan
akhlak yang berdasarkan agama (akhlak Islami). Hal ini disebabkan karena etika terbatas pada
sopan santun antara sesama manusia saja, serta hanya berkaitan dengan tingkah
laku lahiriah. Jadi ketika etika digunakan untuk menjabarkan akhlak Islami, itu
tidak berarti akhlak Islami dapat dijabarkan sepenuhnya oleh etika dan moral.
Akhlak (Islami) menurut Quraish Shihab lebih luas
maknanya daripada yang telah dikemukakan
terdahulu secara mencangkup pula beberapa hal yang tidak merupakan sikap
lahiriah. Misalnya yang berkaitan dengan sikap batin maupun pikiran.
Akhlak Islami adalah akhlak yang menggunakan tolak ukur
ketentuan Alloh. Quraish Shihab dalam
hubungan ini mengatakan, bahwa tolak ukur kelakuan baik mestilah merujuk kepada
ketentuan Alloh. Apa yang dinilai baik oleh Alloh pasti baik dalam
esensinya. Demikian pula sebaliknya, tidak mungkin Dia menilai kebohongan sebagai kelakuan baik, karena
kebohongan esensinya buruk.
2. Sumber Akhlak Islam
Akhlak yang benar akan terbentuk bila sumbernya benar.
Sumber akhlak bagi seorang muslim adalah Al-Quran dan As-Sunnah. Sehingga
ukuran baik atau buruk, patut atau tidak secara utuh diukur dengan Al-Quran dan
As-Sunnah. Sedangkan tradisi merupakan pelengkap selama hal itu tidak
bertentangan dengan apa yang telah digariskan oleh Alloh dan Rasul-Nya.
Menjadikan Al-Quran dan As-Sunnah sebagai sumber akhlak merupakan suatu
kewajaran bahkan keharusan. Sebab keduanya berasal dari Alloh dan oleh-Nya
manusia diciptakan. Pasti ada kesesuaian antara manusia sebagai makhluk dengan
sistem norma yang datang dari AllohSWT.
3. Faktor-faktor Pembentuk Akhlak
1.
Al-Wiratsiyyah (Genetik)
Misalnya, seseorang yang
berasal dari daerah Sumatera Utara cenderung berbicara “keras”, tetapi hal ini
bukan melegitimasi seorang muslim untuk berbicara keras atau kasar karena islam dapat
memperhalus dan memperbaikinya.
2.
An-Nafsiyyah (Psikologis)
Faktor ini berasal
dari nilai-nilai yang ditanamkan oleh keluarga (misalnya ibu dan ayah) tempat
seseorang tumbuh dan berkembang sejak lahir. Semua anak dilahirkan dalam
keadaan fitrah, orang tuanya-lah yang
menjadikannya Yahudi, Nasrani, atau Majusi
(Hadits). Seseorang yang lahir dalam keluarga yang orang
tuanya bercerai akan berbeda dengan
keluarga yang orang tuanya lengkap.
3.
Syari’ah Ijtima’iyyah (Sosial)
Faktor lingkungan
tempat seseorang mengaktualisasikan nilai-nilai yang ada pada dirinya
berpengaruh pula dalam pembentukan akhlak seseorang.
4.
Al-Qiyam (Nilai Islami)
Nilai Islami akan
membentuk akhlak Islami. Akhlak Islami
ialah seperangkat tindakan/gaya hidup yang terpuji yang merupakan refleksi
nilai-nilai Islam yang diyakini dengan motivasi semata-mata mencari keridhoan Alloh.
4. Ruang Lingkup Akhlak Islami
Ruang lingkup akhlak islami adalah sama dengan ruang
lingkup ajaran islam itu sendiri, khususnya yang berkaitan dengan pola hubungan.
Akhlak diniah (agama/islami) mencakup berbagai aspek, dimulai dari akhlak
terhadap Alloh, hingga kepada sesama
makhluk (manusia, binatang, tumbuhan, dan benda-benda yang tak bernyawa).
1.
Akhlak Terhadap Alloh
Akhlak kepada Alloh dapat diartikan sebagai sikap atau
perbuatan yang seharusnya dilakukan oleh manusia sebagai makhluk, kepada Tuhan sebagai
Khalik.
Ada beberapa alasan mengapa manusia perlu berakhlak kepada Alloh.
1) Karena Alloh-lah
yang telah menciptakan manusia. Dia menciptakan manusia dari tanah yang
diproses menjadi benih. Dengan demikian
sebagai yang diciptakan sudah sepantasnya berterima kasih kepada yang
menciptakannya. Sebagaimana firman Alloh SWT:
Artinya: “Maka hendaklah manusia
memperhatikan dari apakah dia diciptakan? Dia diciptakan dari air yang
terpancar, yang keluar dari antara tulang sulbi laki-laki dan tulang dada
perempuan.”
(Q.S. At-Thoriq [86]:5-7)
2) Karena Alloh-lah
yang telah memberikan perlengkapan pancaindera, berupa pendengaran,
penglihatan, akal pikiran, dan hati
sanubari di samping anggota
tubuh yang kokoh dan sempurna kepada manusia.
3) Karena Alloh-lah
yang telah menyediakan berbagai bahan dan sarana yang dibutuhkan bagi
kelangsungan hidup manusia, seperti bahan makanan yang berasal dari
tumbuh-tumbuhan, air, udara, binatang ternak, dan sebagainya.
4) Alloh-lah yang telah memuliakan manusia dengan
diberikannya kemampuan menguasai daratan dan lautan.
Banyak cara yang dapat dilakukan dalam berakhlak kepada Alloh. Di antaranya dengan cara
tidak menyekutukan-Nya, takwa kepada-Nya, mencintai-Nya, ridho dan ikhlas
terhadap segala ketentuan-Nya dan bertobat, mensyukuri nikmat-Nya, selalu bedoa
kepada-Nya, beribadah, dan selalu mencari keridhoan-Nya.
2.
Akhlak Terhadap Sesama Manusia
Banyak sekali rincian yang dikemukakan Al-Quran berkaitan
dengan perilaku terhadap sesama manusia. Petunjuk mengenai hal ini bukan hanya
dalam bentuk larangan melakukan hal-hal negatif seperti membunuh, menyakiti badan, atau mengambil harta
tanpa alasan yang benar, melainkan juga sampai kepada menyakiti hati dengan
jalan menceritakan aib seseorang di belakangnya,
tidak peduli aib itu benar atau salah, walaupun sambil memberikan materi kepada
yang disakiti hatinya itu. Firman Alloh SWT:
Artinya:
“Perkataan yang baik dan pemberian maaf lebih baik dari sedekah yang diiringi
dengan sesuatu yang menyakitkan (perasaan si penerima). Alloh Maha Kaya lagi
Maha Penyantun.”
(Q.S. Al-Baqarah [2]:263)
3.
Akhlak Terhadap Lingkungan
Yang dimaksud dengan lingkungan di
sini ialah segala sesuatu yang
ada di sekitar
manusia, baik binatang, tumbuh-tumbuhan, maupun benda-benda tak bernyawa.
Pada dasarnya akhlak yang diajarkan Al-Quran terhadap
lingkungan bersumber dari fungsi manusia sebagai khalifah. Kekhalifahan menurut
adanya interaksi antara manusia dengan sesamanya dan manusia terhadap alam.
Kekhalifahan mengandung arti pengayoman, pemeliharaan, serta bimbingan, agar
setiap makhluk mencapai tujuan penciptaannya.
Binatang, tumbuh-tumbuhan, dan benda-benda tak bernyawa semuanya diciptakan oleh Alloh
SWT, dan menjadi milik-Nya, serta
semuanya memiliki ketergantungan kepada-Nya. Keyakinan ini mengantarkan seorang
muslim untuk menyadari bahwa semuanya adalah “umat” Tuhan yang harus
diperlakukan secara wajar dan baik.
Selain itu akhlak Islami juga memperhatikan kelestarian
dan keselamatan binatang. Nabi Muhammad SAW
bersabda:
“Bertakwalah kepada Alloh dalam perlakuanmu terhadap binatang, kendarailah, dan
beri makanlah dengan baik “.
Uraian di atas memperlihatkan bahwa akhlak Islami sangat
komprehensif, menyeluruh, dan mencakup
berbagai makhluk yang diciptakan Tuhan. Hal yang demikan dilakukan karena secara
fungsional seluruh makhluk tersebut satu sama lain saling membutuhkan. Punah
dan rusaknya salah satu bagian dari makhluk Tuhan itu akan berdampak negatif bagi makhluk
lainnya.
5. Pentingnya Akhlak Islami
Akhlak ialah salah satu faktor yang menentukan derajat
keislaman dan keimanan seseorang. Akhlak yang baik adalah cerminan baiknya akidah dan syariah
yang diyakini seseorang. Buruknya akhlak merupakan indikasi buruknya pemahaman
seseorang terhadap akidah dan syariah.
Akhlak adalah buah dari ibadah. “Paling
sempurna orang mukmin imannya adalah yang paling luhur akidahnya.”
(H.R.Tirmidi).
Alloh
SWT berfirman:
Artinya: “Bacalah apa yang telah diwahyukan
kepadamu, Yaitu Al Kitab (Al Quran) dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat
itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan munkar dan sesungguhnya mengingat Alloh (shalat)
adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). Dan Alloh mengetahui apa yang kamu
kerjakan.” (Q.S. [29]:45)
Akhlak merupakan lambang kualitas seorang manusia,
masyarakat, umat karena itulah akhlak pulalah yang menentukan eksistensi
seorang muslim sebagai makhluk Alloh SWT.
Sabda Rosululloh SAW: “Sesungguhnya termasuk insan pilihan di antara kalian adalah yang terbaik
akhlaknya.” (H.R. Muttafaq ‘alaih).
Berikut adalah beberapa
contoh akhlak Rosululloh:
1.
Paling penyabar,
2.
Tidak sombong,
3.
Tawadu dan tenang,
4.
Tidak terganggu
dengan urusan dunia,
5.
Paling berani,
paling adil, dan paling
menjaga diri,
6. Sangat pemalu–tidak
tetap pandangannya pada muka seseorang,
7. Mengasihi umat
dan menyayangi ahli bait (keluarga) dan sahabatnya,
8. Suka menunaikan
pelawaan/undangan hamba sahaya dan orang merdeka,
9. Tangan Baginda
tidak pernah menyentuh wanita yang
bukan muhrimnya,
10.Baginda adalah manusia yang pemurah, suka bersedekah apa
yang ada pada dirinya,
11.Makanannya hanyalah tamar dan syair, selebihnya adalah
untuk jalan fisabilillah,
12.Menampal sandalnya, kainnya, dan mengurus kepentingan keluarganya,
13.Mengunjungi orang susah dan sakit,
14.Memuliakan orang-orang berakhlak,
15.Suka menasihati dan member tunjuk ajar.
Rosululloh SAW bersabda: “Aku mewasiatkan
engkau supaya bertakwa kepada Alloh,
bercakap benar, menepati janji, menunaikan amanah, meninggalkan perbuatan
khianat, menjaga jiran tetangga, mengasihani anak yatim, lemah lembut
perkataan, memberi salam, bagi amal perbuatan,
pendek angan-angan, harus kuat keimanan, memahami Al-Quran, mencintai akhirat,
merasa gusar mengenai hisab amalan, dan merendahkan diri. Dan aku melarang engkau memaki
hakim atau mendustakan orang yang benar atau mentaati orang yang berdosa atau
mendurhakai imam yang adil atau merusakkan muka bumi.
Dan aku mewasiatkan engkau agar bertakwa kepada Alloh pada setiap batu, kayu, dan tanah. Dan
engkau datangkan tobat bagi setiap dosa. Tobat rahasia dengan rahasia dan yang terang dengan terang.”
Baginda menyambut seseorang dengan sambutan yang baik
yang tidak lepas dari senyuman di wajahnya, berkata dengan baik, membalas
kejahatan dengan kebaikan, mengelakkan perkara-perkara yang tidak perlu.
Baginda mengajar umatnya bahwa sebaik-baik orang adalah
mereka yang paling bagus akhlaknya, Baginda bersabda: “Sesungguhnya orang yang
paling baik di antara kamu adalah yang
paling baik akhlaknya.”
Bahkan Baginda mengajarkan pengikutnya bahwa yang paling
dekat tempatnya dengan Baginda nanti pada hari kiamat adalah yang paling baik
akhlaknya. Baginda bersabda: “Sesungguhnya orang yang paling daku sukai di
antara kamu dan yang paling dekat tempatnya dengan daku nanti di hari kiamat
adalah yang paling bagus akhlaknya.”
Akhlak Rosululloh SAW yang terpuji
tidak hanya untuk para pengikutnya saja, bahkan Baginda juga melakukan hal yang
sama terhadap musuh-musuhnya, ketika Baginda diminta untuk mendoakan
orang-orang musyrik, Baginda bersabda: “Sesungguhnya aku tidak diutuskan
sebagai pelaknat, tapi aku diutus sebagai pembawa rahmat (kasih sayang).”
6. Cara Mencapai
Akhlak Mulia
1.
Menjadikan iman sebagai pondasi
Iman artinya percaya yaitu percaya bahwa Alloh selalu
melihat segala perbuatan manusia. Bila melakukan perbuatan baik, balasannya
akan menyenangkan. Bila perbuatan jahat maka balasan pedih siap menanti. Hal
ini akan melibatkan iman kepada Hari Akhir. Akhlak yang baik akan dibalas
dengan syurga dan kenikmatannya.
2.
Pendekatan secara langsung (melaui Al-Quran)
Sebagai seorang
muslim harus menerima Al-Quran secara mutlak dan menyeluruh. Jadi, apa
pun yang tertera di dalamnya wajib
diikuti. Misalnya, Al-Quran melarang untuk saling berburuk sangka. Firman Alloh SWT:
Artinya: “Hai orang-orang yang
beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka
itu adalah dosa dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan
janganlah sebahagian kamu menggunjing sebahagian yang lain. Sukakah salah
seorang di antara kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah
kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Alloh. Sesungguhnya Alloh
Maha Penerima tobat lagi Maha Penyayang.”(Q.S. [49]:12)
7. Prinsip Dasar Akhlak dalam Islam
Islam adalah agama yang sangat mementingkan akhlak daripada
masalah-masalah lain. karena misi Nabi Muhammad diutus untuk menyempurnakan akhlak. Hal itu
dapat kita lihat pada zaman Jahiliyah kondisi akhlak yang sangat semrawut tidak karuan mereka melakukan
hal-hal yang menyimpang seperti minum khomer dan berjudi. Hal-hal tersebut
mereka lakukan dengan biasa bahkan menjadi adat yang diturunkan untuk generasi
setelah mereka. Karena kebiasaan itu telah turun temurun maka pada awal pertama
nabi mengalami kesulitan. Prinsip Akhlak
dalam islam terletak
pada Moral Force. Moral Force akhlak islam adalah
terletak pada iman sebagai Internal Power
yang dimiliki oleh setiap orang mukmin yang berfungsi sebagai motor penggerak
dan motivasi terbentuknya kehendak untuk merefleksikan dalam tata rasa, tata
karsa, dan tata karya yang konkret. Dalam hubungan ini Abu Huroiroh
meriwayatkan hadist dari Rosululloh SAW:
"Orang mukmin yang paling
sempurna imannya ialah yang terbaik akhlaknya. Dan sebaik-baik di
antara kamu ialah yang paling baik
kepada istrinya.”
Al-Quran menggambarkan bahwa setiap orang yang beriman
itu niscaya memiliki akhlak yang mulia yang diandaikan seperti pohon iman yang
indah hal ini dapat dilihat pada surat Ibrahim ayat 24-27:
Artinya: "Tidakkah kamu
perhatikan bagaimana Alloh telah membuat perumpamaan kalimat yang baik seperti
pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya (menjulang) ke langit, pohon itu
memberikan buahnya pada setiap musim dengan seizin Tuhannya. Alloh membuat
perumpamaan-perumpamaan itu untuk manusia supaya mereka selalu ingat. Dan
perumpamaan kalimat yang buruk seperti pohon yang buruk, yang telah dicabut
dengan akar-akarnya dari permukaan bumi; tidak dapat tetap (tegak) sedikit pun.
Alloh meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh itu
dalam kehidupan di dunia dan di akhirat; dan Alloh menyesatkan orang-orang yang
lalim dan memperbuat apa yang Dia kehendaki."
Dari ayat di atas dapat kita
ambil contoh bahwa ciri khas orang yang beriman adalah indah perangainya dan
santun tutur katanya, tegar dan teguh pendirian (tidak terombang ambing),
mengayomi atau melindungi sesama, mengerjakan buah amal yang dapat dinikmati
oleh lingkungan.
8. Faktor-faktor yang Memengaruhi Pembentukan Akhlak
Banyak sekali faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan
akhlak antara lain
adalah:
1.
Insting (Naluri)
Aneka corak refleksi sikap, tindakan, dan perbuatan
manusia dimotivasi oleh kehendak yang dimotori oleh insting seseorang. Insting merupakan tabiat yang dibawa manusia sejak lahir.
Para Psikolog menjelaskan bahwa insting berfungsi sebagai motivator penggerak
yang mendorong lahirnya tingkah laku antara lain adalah:
1) Naluri makan, manusia lahir
telah membawa suatu hasrat makan tanpa didorong oleh orang lain.
2) Naluri berjodoh, dalam Al-Quran
diterangkan: "Dijadikan indah
pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu:
wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak".
3) Naluri keibuan, tabiat kecintaan
orang tua kepada anaknya, dan sebaliknya
kecintaan anak kepada orang tuanya.
4) Naluri berjuang, tabiat manusia
untuk mempertahankan diri dari
gangguan dan tantangan.
5) Naluri bertuhan, tabiat manusia
mencari dan merindukan penciptanya.
Naluri manusia itu merupakan paket yang secara fitrah
sudah ada dan tanpa perlu dipelajari terlebih dahulu.
2.
Adat/Kebiasaan
Adat atau kebiasaan adalah setiap tindakan dan perbuatan seseorang
yang dilakukan secara berulang-ulang dalam bentuk yang sama sehingga menjadi
kebiasaan. Abu Bakar Zikir berpendapat bahwa perbuatan manusia
apabila dikerjakan secara berulang-ulang sehingga mudah melakukannya, itu
dinamakan adat kebiasaan.
3.
Wirotsah (keturunan)
Berpindahnya sifat-sifat tertentu dari pokok (orang tua)
kepada cabang (anak keturunan). Sifat-sifat asasi anak merupakan pantulan
sifat-sifat asasi orang tuanya. Kadang-kadang anak itu mewarisi sebagian besar
dari salah satu sifat orang tuanya.
4.
Lingkungan pergaulan
Artinya suatu
yang melingkupi tubuh yang hidup meliputi tanah dan udara sedangkan lingkungan
manusia, ialah apa yang mengelilinginya, seperti negeri, lautan, udara, dan
masyarakat. Lingkungan pergaulan ada dua macam:
1) Lingkungan alam
Alam yang melingkupi manusia merupakan faktor yang
mempengaruhi dan menentukan tingkah laku seseorang. Lingkungan alam mematahkan
atau mematangkan pertumbuhan bakat yang
dibawa oleh seseorang. Pada zaman Nabi Muhammad pernah terjadi seorang badui
yang kencing di serambi masjid, seorang sahabat membentaknya tapi nabi
melarangnya. Kejadian di atas dapat
menjadi contoh bahwa badui yang menempati lingkungan yang jauh dari masyarakat
luas tidak akan tahu norma-norma
yang berlaku.
2) Lingkungan pergaulan
Manusia hidup selalu berhubungan dengan manusia lainnya.
Itulah sebabnya manusia harus bergaul. Oleh karena itu dalam pergaulan akan
saling mempengaruhi dalam fikiran, sifat, dan tingkah laku. Contohnya akhlak orang tua
di rumah dapat pula
mempengaruhi akhlak anaknya, begitu juga akhlak anak sekolah dapat terbina dan
terbentuk menurut pendidikan yang diberikan oleh guru-guru di
sekolah.
Daftar Pustaka
Artikel selanjutnya: Agama Islam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar