Selain diwajibkan bagi umat
Muslim, ibadah puasa Ramadan sebenarnya memiliki banyak manfaat bagi kesehatan.
Antara lain untuk detoksifikasi, pembersihan dari dari berbagai jenis kotoran
sisa metabolisme. Sayang sekali apabila manfaatnya luntur karena kalap makan
saat Lebaran.
Umumnya makanan yang enak belum
tentu sehat. Sebab di dalamnya terkandung kalori yang tinggi, jauh lebih tinggi
dari yang dibutuhkan tubuh. Kelebihan kalori tersebut akan disimpan dalam
bentuk lemak. Jika simpanannya berlebih, bukannya mendapat untung, tubuh malah
berisiko mengalami diabetes, hipertensi, obesitas, penyakit jantung, dan
stroke.
Oleh karena itu, asupan kalori
perlu dikontrol untuk menjaga berat badan dan mencegah terjadinya penyakit.
Cara yang paling mudah dan sederhana adalah dengan menjaga asupan makanan.
Hindari makanan-makanan yang berkalori tinggi, terutama yang manis-manis,
misalnya kue.
“Kue itu kalorinya tinggi. Misal
satu kastengel saja bisa mengandung 50 kalori. Nastar, putri salju juga
rata-rata 50 kalori. Kalau sekali makan katakan lah 10 kalori, maka sudah dapat
500 kalori. Dalam seminggu berat badan sudah naik setengah kg. Sebulan bisa
naik 2 kg,” kata dr Titi Sekarindah, MS, SpGK kepada detikHealth seperti
ditulis pada Rabu (31/7/2013).
Dr Titi yang merupakan pakar
gizidari Rumah Sakit Pusat Pertamina ini menerangkan, jumlah kalori yang aman
dikonsumsi 3 - 4 kali sehari idealnya adalah 200 kalori. Pendapat serupa
dilontarkan oleh DR dr Ari Fahrial Syam, SpPD-KGEH, spesialis lambung dan
pencernaan dari Divisi Gastroenterologi Departemen Ilmu Penyakit Dalam
FKUI-RSCM.
“Teh dalam kemasan botol saja
kalorinya 425. Kalau kita minum 4 botol, sudah seperti makan pagi. Kue
sebuahnya 60 atau 70 kalori. Kalau makan 10 buah, sama saja kita makan siang.
Makanya harus diperhatikan energi atau kalorinya. Cukup dua atau tiga buah
sebagai selingan saja,” terang dr Ari.
Apabila keinginan ngemil kue
begitu sulit dibendung, mungkin karena begitu enaknya atau tidak enak dengan
yang menyuguhkan, ada siasat yang bisa dilakukan untuk membatasi asupan kalori.
Misalnya jika sudah banyak makan, dr Ari menyarankan untuk mengurangi porsi
nasi yang dimakan.
“Jadi bisa dibilang sebagai
substitusi (pengganti),” pungkasnya.
Sumber: www.detik.com
Sumber: www.detik.com
Artikel selanjutnya: Ibu dan Anak
Tidak ada komentar:
Posting Komentar